bibit entok di mojokerto


Budidaya entok merupakan salah satu alternatif budidaya unggas yang memiliki posisi pasar tersendiri. Padahal budidaya entok yang menghasilkan daging sebetulnya memiliki sejumlah keunggulan dibanding budidaya unggas lainnya seperti budidaya, bebek dan burung yang lebih populer.
Masih langkanya ketersediaan daging entok di pasaran bukan karena sedikitnya peminat entok melainkan karena masih sedikitnya peternak yang membudidayakan entok. Kesukaan masyarakat pada daging entok dibuktikan dengan ramainya warung makan yang menyediakan menu olahan berbahan dasar daging entok. Hasil budidaya entok yang diolah menjadi berbagai macam menu sangat diminati oleh masyarakat.
Belum populernya budidaya entok merupakan tantangan sekaligus peluang besar bagi pelaku budidaya peternakan unggas di Indonesia. Saat ini harga jual seekor entok dapat mencapai Rp 60 ribu hingga Rp 100 ribu per ekor. Potensi budidaya entok di Indonesia masih sangat luas dan begitu menjanjikan keuntungan besar bagi pelakunya.
Budidaya entok memiliki keunggulan antara lain pertumbuhannya yang cepat, bobot potong yang lebih besar, dan tekstur daging yang empuk. Budidaya entok menjadi alternatif pilihan bagi peternak unggas yang terbatas modal karena biaya produksinya yang relatif rendah karena entok dapat diberi pakan apa saja.
Budidaya entok yang merupakan salah satu jenis itik juga diunggulkan karena entok memiliki daging yang gurih dan tak berasa amis. Entok juga memiliki kadar lemak yang jauh lebih rendah dari ayam, yakni hanya 1 persen pada bagian dada dan 1,5 persen pada bagian paha. Sementara ayam boiler memiliki kadar lemak sebesar 6,8 persen pada bagian paha dan 1,3 persen pada bagian dada.
Budidaya entok memiliki masa pemeliharaan yang singkat yaitu antara 8 hingga 10 minggu. Dalam tempo 2,5 bulan pemeliharaan, bobot entok telah dapat mencapai 2 hingga 2,5 kilogram per ekor.